Billie Eilish, Musisi yang Jadi Ikon Pop Antimainstream

Sabtu, 02 Februari 2019 - 09:55 WIB
Billie Eilish, Musisi yang Jadi Ikon Pop Antimainstream
Billie Eilish, Musisi yang Jadi Ikon Pop Antimainstream
A A A
Dengan tampilan dan citra yang jauh berbeda dengan kebanyakan penyanyi muda perempuan lainnya, musisi berusia 17 tahun ini sukses meraih kepopuleran. Lagunya telah di-streaming lebih dari 194 juta di Spotify. Kritikus dan media pun kerap menyebutkannya sebagai wajah masa depan musik pop.

Pirate Baird O’Connell alias Billie Eilish memang tengah menjadi remaja yang paling banyak dibicarakan di planet ini. Penyebabnya adalah kesuksesan yang berhasil diraihnya dalam usia yang sangat muda, dengan cara yang instan. Namun, kualitas Billie sebagai musisi jelas bukan kualitas kacangan.

Tahun ini Forbes memasukkannya dalam deretan bintang muda dari berbagai bidang dalam daftar “30 Under 30”. Sebelumnya, Apple Music menobatkan Billie sebagai artis terbaru “Up Next” pada September 2017. Sementara NME menobatkannya sebagai salah satu artis baru terbaik NME 100 yang akan mendominasi pada 2019.

Kepopuleran Billie dimulai saat kakaknya yang juga musisi dan anggota band, Finneas, memberikan lagu ciptaannya, Ocean Eyes, untuk Billie. Tadinya lagu itu diciptakan untuk band, tapi sang kakak merasa lagu tersebut lebih cocok untuk Billie. Finneas lalu merekam Billie yang menyanyikan lagu tersebut, dan mengunggahnya ke SoundCloud. Rekaman tersebut lantas jadi viral dan nama Billie pun mendadak melambung. Saat itu usianya baru 16 tahun.

Setahun kemudian atau pada 2017, Billie merilis EP (extended play) alias mini album bertajuk “Don’t Smile at Me”. Mini album yang dirilis pada Agustus ini meraih Gold dari RIAA (Recording Industry Association of America) dengan 5 lagu juga bersertifikat RIAA, yakni empat Gold dan satu Platinum. Mini album ini kini telah mencatat lebih dari 1,5 miliar streaming di seluruh dunia.

Kini, Billie tengah menyiapkan peluncuran album perdananya yang bertajuk “When We All Fall Asleep, Where Do We Go?”. Tahun lalu musisi kelahiran 18 Desember 2001 ini telah merilis dua single dari album tersebut, yaitu You Should See Me In A Crown dan When The Party’s Over. Sebagai seorang bintang baru, Billie pun kini telah memiliki banyak pengikut. Akun Instagram-nya, @wherearetheavocados, kini sudah memiliki 11,8 juta follower.

Suara malaikat, penampilan eksentrik

Sebagai penampil, Billie dianggap memiliki paket unik. Suaranya lembut dan tenang, kadang seperti kekanak-kanakan. Namun, gaya dan penampilannya sangat bertolak belakang dengan suaranya.

Soal busana, dia kerap mengenakan pakaian berwarna mencolok dengan ukuran yang lebih besar dari tubuhnya atau yang oversized. Rambutnya juga kadang dicat biru atau abu-abu. Ciri khasnya yang lain adalah, dia tidak pernah mau tersenyum, apalagi saat difoto. Tampilan seperti ini sangat cocok dengan lirik dan musik lagunya yang dalam dan kelam.

Harapan, kecemasan, kerentanan, dan patah hati generasinya tercermin dalam lagu-lagunya. Misalnya Bellyache yang terinspirasi dari penyesalannya ketika akan mengutil atau mencuri mainan teman-temannya.

Dia mengatakan, untuk membuat orang-orang memandang lagu-lagu, emosi, dan pesan-pesan dalam lagunya ini secara serius tidaklah mudah. “Seorang anak (dianggap) tidak dapat menulis tentang perasaannya hanya karena mereka terlalu muda, itu adalah bohong,” ungkapnya.

Lagu dan gayanya ini jadi fenomenal bagi musisi seusianya karena sangat jarang penyanyi perempuan yang berani mempertahankan gayanya sendiri jika masuk ke industri rekaman dan laku dijual. Biasanya penyanyi seusianya harus tunduk dengan persyaratan label rekaman yang menaunginya.

“Industri ini sangat mengerikan, tetapi jika saya tidak melakukan ini, saya mungkin akan sengsara karena ini adalah hal yang selalu saya inginkan. Tidak peduli seberapa mengerikannya sebuah ketenaran. Banyak hal yang membuat semua ini sepadan,” ujarnya.

Sebagai musisi, isi kepalanya memang jauh melebihi usianya. Tak hanya sudah mampu membuat lagu dan lirik sendiri, Billie juga sudah punya konsep video klipnya sendiri. Contohnya pada video When The Party’s Over yang menggambarkan dirinya yang meneguk segelas tinta hitam, lalu cairan hitam itu keluar dari matanya.

Keliaran idenya lagi-lagi berbanding lurus dengan lagu-lagunya yang beratmosfer “gelap”. “Orang-orang meremehkan kekuatan pikiran muda yang baru. Kami diabaikan, (padahal) kami tahu segalanya,” sebutnya.

Billie dan pengaruh yang dibawanya akan terus merajalela di panggung-panggung musik dunia. Menurut rencana, dia akan segera melakukan tur Inggris dan Eropa pada musim semi. Termasuk tiga pertunjukan di Kekaisaran Bush Shepherd berkapasitas 2.000 di London yang sudah terjual habis. Dia juga akan tampil di festival musik bergengsi Coachella pada April mendatang
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4539 seconds (0.1#10.140)